Arti-arti Tersembunyi

Asal Bunyi
2 min readOct 13, 2023

--

Katanya, yang enak-enak pasti mati. Apa-apa yang kita nikmati pasti mati.
Karenanya ada kata ‘mati’ dalam ‘menikmati’.

Katanya, kita terbiasa berangan akan hal yang menyenangankan buat pikiran dan hati. Mesti, apa-apa yang menjadi angan biasanya berebentuk kesenangan. Karenanya ada kata ‘angan’ dalam ‘kesenangan’.

Katanya, kesedihan cenderung bertahan lebih lama dari kesenangan. Apa-apa yang menyedihkan tinggal lebih lama dari seharusnya. Karenanya tidak ada kata apa-apa dalam ‘kesedihan’. Ia kosong dan hampa. Kata tanpa makna. Tapi, melekat lebih lama. Ironisnya, kesedihan justru cenderung bermula dari yang memberikan kesenangan, mungkin karena ia berbetuk angan. Kita cenderung menikmati, sampai akhirnya angan mati.

Ah, menulis di kala lelah begini begitu menyenangkan. Sialan, apa jangan-jangan ini hanya angan? Sebentar lagi ia akan mati berarti?! Tai!

Mana yang lebih menyedihkan, meninggalkan angan bahagia supaya tidak mati? atau menikmati kesenangan supaya hilang di dalam angan? Pertanyaan retorika, bajingan! Intinya saya rindu! Berat!

Nyatanya, sesekali saya masih hilang dalam angan kesenangan. Mungkin hanya tinggal menghitung jari sampai ia akan mati. Lagi? Ah, nanti juga paling-paling mati suri kembali…

Sebentar-sebentar. Rasanya sudah biasa. Bisa biasa itu sudah basi. Biasa untuk bisa biasa aja yang justru butuh dibiasakan. Tapi dalam kata Biasa ada ‘asa’ dan ‘bias’. Jadi mungkin hanya tinggal menunggu asa bias akan rasanya sendiri.

Satu waktu tak acuh. Satu waktu bertegur sapa kembali luluh. Padahal yang di sebrang sudah biasa. Sedangkan yang di sini masih mencoba terbiasa. Sialan dia!

Menikmati kesenangan & kesedihan biasa…

--

--