Asal Bunyi
2 min readSep 8, 2023

#DrafTulisanIndah1

24 February 2023
21.24

Akhirnya suara oek-oekmu terdengar juga dengan jelas di telinga. Huft. Lega rasanya. Kulitmu masih warna biru saat itu. Tanganmu mengepal erat jari-jemarimu. Ketika kau sudah keluar, saya hitung dengan seksama jari-jemarimu, ada sepuluh. Pas. Jari kakimu, sepuluh, pas. Kedua telingamu, kedua matamu, satu hidungmu, dan 2 lobang hidungmu. Semua lengkap tanpa terkecuali. Kau kecil kalau dibanding tangan dokter saat itu. Tapi kata dokter “Wah besar ini Pak untuk ukuran bayi baru lahir.”

Kau tidak banyak bersuara semenjak lahir, terhitungnya anteng boleh dibilang. Mungkin itu kau dapat dari saya. Lebih baik mengamati dan berusaha sendiri sebelum meminta pertolongan. Tapi jangan dibiasakan ya nak, kebiasaan yang buruk. Akuilah kalau memang kau tidak kuat, akui kelelahanmu, akui kecapaianmu, aku kegagalanmu. Dengan begitu kau akan berhasil.

“Silahkan Pak, boleh dipotong ari-arinya.”
“Saya takut tapi hehe”
Tapi saya beranikan diri untuk memotong ari-arimu. Memotong ari-arimu tidak semenakutkan itu.

Terhitung sudah masuk tepat 1 minggu usiamu. Masih begitu rentang. Tepat seminggu usiamu, tapi kau belum bersama kami di rumah. Kau masih harus bermalam di rumah sakit untuk kesehatanmu. Saya tidak punya kekuatan dan kuasa atasmu kali ini. Saya serahkan pada Tuhan dan dokter untuk saat ini.

Kau tahu tidak Gam, katanya banyak anak laki-laki yang tidak pandai berkomunikasi dengan Ayahnya. Gaya komunikasi anak laki-laki kepada ayahnya pun sebaliknya, biasanya adalah gaya komunikasi yang kaku, singkat ucapan, padat arti, tapi terkadang tak jelas arahnya. Saya tidak ingin mengamini itu, saya ingin saya bisa menjadi sosok Ayah dan teman yang akrab bagimu. Tapi saya akui, saya tidak pandai berkata-kata kepada orang yang saya kasihi, saya akan menyimpan irit kalimat-kalimat saya, lantas akan saya tunjukkan kasih saya lewat perbuatan.

Kata suster begini: “Banyak diajak ngobrol Pak.” Bagi saya yang lebih senang diam memegangi erat jari-jemari kecilmu, mengajak ngobrol bukanlah perkara mudah. Tapi saya beranikan.

Sekarang umurmu sudah memasuki 1 bulan lebih 7 hari. Kau semakin membulat dengan rasa lapar yang terus-menerus.

Tulisan di atas saya buat kala umurmu masuk 1 bulan. Sekarang kau sudah masuk di usiamu yang ke-6 bulan. Menuju 7. Semakin terlihat rupamu yang gemas dan bulat. Apalah rupa gemas kalau tidak dibarengi dengan integritas. Ingat ya nak. Kau murah senyum kata banyak orang. Tak seperti saya yang sering kali dianggap galak oleh kebanyakan orang, lantaran senyum bukan bagian dari kebiasaan. Senyummu manis, kau senang dikelilingi oleh orang banyak. Sebegitu bahagianya saya setiap ada didekatmu. Rasanya membayangkan hidup jauh darimu saya tak sudi. Ingin cepat-cepat pulang dari lelahnya dikejar deadline, saya ganti dengan mengajakmu bermain kejar-kejaran. Lebih seru! Saya mau bilang jangan cepat besar, tapi saya butuh kamu untuk cepat besar! Karena saya sudah menyiapkan segudang agenda dan aktivitas yang ingin saya lakukan bersamamu!

Jadi mari kita tunggu waktunya. Sampai bertemu.