https://www.instagram.com/p/CoXnNMSuxHg/

Semuanya. Semampunya. Semaunya.

Asal Bunyi

--

Tiga kata ini yang keluar dari kepala saya ketika ingin menulis. Rasanya begitu banyak hal yang berkecamuk di dalam kepala dan hati beberapa waktu belakangan ini. Entah perihal pekerjaan, keuangan, perasaan, duniawi saja lagi-lagi. Jadi saya tantang diri saya sendiri untuk menulis tentang Semuanya. Semampunya. Semaunya.

Semuanya.

Jadi. Bagaimana semuanya sekarang? Iya semuanya. Semua-muanya yang pernah membuatmu bahagia dan juga patah. Bagaimana sejauh ini? Sudah lebih membaik? Belum juga? Ah! Tenang saja. Paling-paling juga luka baret sedikit. Tidak mungkin mereka masih menganga segar seperti waktu pertama kan? Saya sih tidak yakin~ Kalau kau bilang masih, kau pembohong besar! Semuanya di dunia ini tidak ada yang abadi. Sebut satu hal yang abadi… Ada deng ternyata. Waktu. Eh tapi emangnya waktu itu abadi? Iya deng mereka abadi. Kapan coba kau menemukan ujung dari sebuah waktu? Bahkan waktu mungkin waktu hanya akal-akalan manusia untuk mengelabui pikiran saja. Siapa yang tahu kalau ternyata sebenarnya jam 10 malam itu sebenarnya namanya bukan malam. Tapi Pagi…
Ah ngelanturnya kemana-mana ini!

Semuanya punya awal dan semuanya punya akhir. Kalau belum berakhir berarti belum selesai. Janganlah juga terlalu terikat akan satu hal. Bisa-bisa babak belur sama jerat ikatan yang terlalu erat. Hati-hati, berat!

Kenapa ya semuanya harus punya akhiran? Kenapa tidak bisa kita memulai sesuatu tanpa perlu ada akhir. Tanpa perlu adanya penutup. Memangnya awal ini tidak bisa hidup sendiri? Payah sekali. Lagipula kalau sudah berakhir, memangnya kita masih bisa mengunjunginya kembali? Apa perasaannya masih sama? Apa kejadiannya akan kembali sama?

Katanya sih, semuanya terjadi dengan sebuah alasan. Semuanya terjadi untuk membentuk dirimu di masa depan. Kenapa juga tidak hidup di masa ini, terjadi hari ini, untuk hari ini.

Ribet, ribet, ribet, ribet…

Pokoknya apa yang ada di kepala saya saat ini, saya tulis aja. Semuanya, semampunya…

Semampunya.

Saya selalu melakukan yang semampunya. Di segala situasi dan kondisi. Saya yakin teman-teman juga begitu bukan? Semampunya itu adalah kata-kata paling aman yang bisa diucapkan seseorang. “Saya akan berusaha semampunya”, “Akan saya coba kerjakan semampunya”, “Akan saya benci dia. Semampunya”, dan mampu-mampu yang lain. Paling-paling berakhir mampus! Lantas kalau gagal apanih ucapan yang keluar? “Maaf saya sudah berusaha semampunya”, “Maaf, saya sudah berusaha memebencimu semampunya saya”. Cuih! Kalau memang gak sanggup dari awal ya jangan semampunya. Semaput aja mendingan deh!

Hahaha, kok marah-marah aja ya isinya bagian ini. Ya mungkin saya sedang kesal sama diri sendiri aja. karenanya beberapa hal yang saya usahakn semampunya saya, hehe. Tapi nyatanya kembali saya terjatuh, kembali saya terlena, kembali saya terpesona. Haduh. Mungkin lebih tepatnya semampunya itu artinya pura-pura mampu.

Fake it till you make it

Adalah secara tidak langsung terjemahan bahasa Inggrisnya Semampunya.
Saya pernah pura-pura mampu cuek. Pura-pura mampu sudah kembali ceria seperti sedia kala. Satu waktu pecah juga tangisnya. Mantap memang semampunya ini, ternyata masih belum mampu. Boong lagi ajadeh, barangkali beneran mampu~

Eh tapi, tapi. Kalau gak mampu ya kenapa juga harus bilang mampu? Nyoba sesuatu kok semampunya. Semaunya lah!

Semaunya.

Menjadi egois itu kadang menyenangkan. Barangkali saya diberikan kesempatan untuk jadi egois sepenuhnya dalam satu hari. Akan saya ambil kesempatan itu. Akan saya lakukan semuanya yang pura-pura mampu itu katanya dengan semaunya saya. Barangkali leha-leha semauanya saya, ongkang-ongkang kaki semaunya saya, tanpa perlu memikirkan anak-anak saya di kantor, membeli mobil yang saya senangi semaunya saya, memaki seseorang semaunya saya, pergi sejauh saya sanggup semaunya saya, mencintai seseorang semaunya saya. Meminta orang mencintai saya semaunya saya. Ugal-ugalan deh pokoknya. Apa-apa pokoknya ya semaunya saya. Menyenangkan ya terdengarnya?

Siapasih yang tidak senang kalau-kalau semua keinginannya bisa terwujud dengan cuma-cuma, semaunya si-empunya keinginan. Hidup kok di alam mimpi? Alam baka aja sana! “Semaunya” itu tidak bisa berlaku di dunia ini. Bisa aja sebenernya, tapi kalau kau melakukan itu kau bukan bagian dari dunia. Dunia ini tempat berbagi. Tidak ada tempat bagi si-semaunya di sini. Semaunya cuman bisa dicari di tempat-tempat sempit dan ekslusif. Cuman segelintir orang yang berhasil menemukannya. Coba saja semampumu, barangkali menemukan satu tergeletak di sudut kota? Kalau ketemu saran saya ambil semuanya ya. Semaumu saja. Jadilah egois. Bener deh. Hidup sendiri, mati sendiri, terdengar menyenangkan bukan?

Apa-apa yang diinginkan bisa langsung di dapat

Bukan hidup namanya. Hidup itu isinya, kalau gk cerita dongeng, cerita baik, cerita haru, ya cerita sampah. Semaunya itu ilusi aja. Perasaan-perasaan semu — terdengarnya sih mirip perasaan dia ke kamu — Anjir kampung gini tulisannya, ahahah. Intinya Kalau mau bersikap semaunya, semuanya resiko masing-masing.

Semuanya, semampunya, semaunya.

--

--